Senin, 22 Mei 2023

Rumah Tangga

Syok banget waktu baca berita Desta mengajukan gugatan cerai ke istrinya setelah menikah selama 10 tahun dengan dikaruniai 3 orang anak. Sebenernya saya ngga ngefans sama Desta, saya sukanya sama Vincent :) Karena Desta dan Vincent seringnya ngehost berdua, jadilah sedikit banyak mengikuti berita mereka. Baca baca komen netizen, sebagian curiga penyebabnya karena orang ke tiga. Sebagian yang lain berasumsi karena istrinya sudah hijrah sementara sang suami belum. Membaca Asumsi netijen yang kedua ini membuat saya teringat pengalaman sendiri. Saya pernah 'merasa' berada di posisi itu. Merasa kesadaran spiritual saya untuk menjadi lebih baik muncul dalam diri namun tidak sejalan dengan tumbuhnya kesadaran spiritual pasangan. Perubahan ini muncul ketika saya memiliki anak. Menyadari bahwa anak itu ibarat cermin membuat saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Saya ingin menjadi teladan yang baik bagi anak-anak. Diawali dengan betapa semangatnya saya belajar ilmu parenting hingga sampai dititik saya menyadari mendidik anak adalah mendidik diri sendiri. 

Saat 'merasa' pasangan tidak mau berubah untuk dirinya sendiri kadang saya masih mudah menerima. Yang berat adalah ketika sudah berhubungan dengan anak-anak. Saat pasangan bersikap tidak sesuai seperti yang saya harapkan kepada anak-anak. Atau memberi contoh yang tidak baik. Disitu saya merasa sedih.Merasa tidak se visi misi lagi dengan pasangan. Dimata saya apa yang dilakukannya menjadi terlihat selalu tidak baik. Seakan pasangan tidak mau bekerja sama untuk membangun keluarga till jannah. Adakala saya memaksakan kepada pasangan untuk menjadi seperti yang saya inginkan. Saat berkomunikasi saya pun seolah menjadi skeptis sementara saya bukan komunikator handal yang mampu mengungkapkan apa yang di mau dengan baik kepada pasangan. Jadilah hanya memendam perasaan yang akhirnya bisa jadi api dalam sekam. Mungkin perasaan saya ini tidak diketahui pasangan. Namun sikap yang keluar ternyata membuat pasangan jadi ngga nyaman. Ternyata setelah mengalami perasaan hijrah itu barulah saya menyadari. Apa yang saya rasakan bukan lah 'hijrah' sesungguhnya. Bukanlah kesadaran spiritual saya yang membaik melainkan hanya ego. Ego merasa diri lebih baik dari pasangan karena sudah belajar dan mempunyai ilmu yang lebih. Ego yang ingin dianggap lebih baik dan benar.

Pelajaran tentang beda otak Laki-laki dan perempuan dari ibu Aisah Dahlan membuat saya mengetahui bagaimana baiknya sikap seorang istri. Nasihat dari ibu Septi Peni founder Ibu Profesional untuk bersungguh-sungguh dalam menjalankan leran dan berbagi kebahagian dalam mengasuh anak juga menjadi pegangan. Seringnya saya sebagai ibu malah menunjukan capeknya ngurus anak, sehingga pasangan jadi enggan terlibat. Kalo kita bagikan betapa seru dan senangnya kita selama bersama anak tentunya pasangan juga jadi penasaran dan pengen ikut terlibatkan.
Membina rumah tangga adalah ibadah terlama karena didalamnya ada pelajaran dan perjuangan sepanjang hayat. Jangan bayangkan setelah menikah maka cerita akan selalu happy ending seperti dalam dongeng putri kerajaan yang saya gemari waktu kecil.
Setiap rumah tangga tentu punya cerita perjuangannya masing-masing. Namun dibalik setiap perjuangan tentu ada nikmat dan kebahagiaan yang tak ternilai.
11 tahun sudah perjalanan pernikahan kami dengan berbagai pengalaman sebagai pembelajaran. Kuncinya adalah ikhlas mengharap ridho Ilahi dan suami. Semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada keluarga kami dan kita semua.