Libur telah tiba. Saat anak-anak Libur sekolah, emak jadi punya waktu luang lebih banyak. Karena rutinitas antar jemput otomatis ikut libur. Declutter menjadi salah satu agenda saya pada liburan kali ini. Mengutip buku Minimalis karya Faridah Ghazali, decluttering dapat diartikan sebagai proses membuang atau menyingkirkan barang-barang yang tidak dibutuhkan dan menyimpan yang masih benar-benar dibutuhkan. Beberes rumah memang menjadi PR bagi saya. Rumah sering berantakan karena saya memiliki cukup banyak perabot. Mulai dari tempat tidur hingga meja makan. Sejujurnya saya hanya pernah membeli 2 buah lemari plastik untuk tempat pakaian dan beberapa barang elektronik rumah tangga. Selebihnya semua perabot yang ada di rumah adalah hibahan dari orang tua. Termasuk peralatan dapur dan alat makan.
Saat ini ada satu ruangan yg belum terpakai yang kami jadikan gudang. Mainan anak, peralatan berkebun, perkakas bengkel dan semua barang yang tidak terpakai berkumpul disana. Setelah melakukan identifikasi, masalah utama penyebab berantakan adalah kapasitas tempat penyimpanan lebih kecil dari jumlah barang yang ada. Setiap barang seharusnya punya tempatnya masing-masing. Dengan begitu beberes jadi lebih mudah.
Setelah membaca buku konmari. Saya pernah melakukan declutering pakaian. Target saya saat itu setiap anggota keluarga hanya mempunyai jatah 1 kotak lemari. Hal ini cukup efektif berjalan sampai hari ini. Membuat saya tak lagi impulsif membeli pakaian. Seringnya sih beli baju anak. Namun masalah selanjutnya adalah mengelola baju-baju yang tak lagi dipakai. Beberapa yang masih layak jual saya donasikan ke sekolah. Setahun sekali tiap Ramadhan, sekolah membuka donasi pakaian bekas layak jual. Selebihnya yang tidak layak jual namun layak pakai masih menumpuk di gudang. Nah definisi layak pakai juga berbeda-beda tiap orang. Jadi agak sungkan mendonasikan baju-baju bekas.
Beda halnya dengan lemari buku. Lemari kaca jadul 4 susun hibahan orang tua yang kami jadikan tempat penyimpanan buku selalu terlihat berantakan. Jumlah buku yang ada melebihi daya tampung lemari. Sebenarnya kami punya lemari kotak kayu tanpa penutup. Sayangnya menyimpan di lemari tanpa penutup membuat buku-buku menjadi cepat kotor dan berdebu sehingga lemari itu tak lagi kami gunakan sebagai tempat menyimpan buku. Lemari kotak tanpa penutup kami jadikan tempat menyimpan mainan di gudang.
Hari ini saya hanya merapikan lemari berisi sprai. Setelah ditata ulang baru saya menyadari selama ini saya sudah punya 12 sprai besar dan 5 sprai single. Terlihat banyak tapi karena penyimpanan yang tidak rapi biasanya hanya terpakai yang paling mudah diambil. Jadi yang dipakai itu lagi itu lagi. Mangkanya ngga kerasa ternyata saya sudah memiliki cukup banyak sprei. Sebagai referensi beberes saya menonton video-video di youtube chanel Grace Shinta. https://youtube.com/@GraceShinta