Rabu, 28 Juni 2023

Rumah Kecil Di Rimba Besar

Rumah kecil di Rimba besar karya Laura Inggals Wilder termasuk dalam kategori living book. Living book adalah buku yang mengandung ide-ide "hidup". Dalam bahasa sederhana, Living book adalah buku bermutu. Dalam metode Charlotte Mason anak-anak harus dipaparkan dengan living books. Living book mengandung ide yang menyehatkan pikiran. Ide dan gagasan dalam living book akan menetap dan berkembang dalam benak anak. Membuatnya tergugah sehingga membentuk kepribadian anak secara positif.

Rumah kecil di Rimba besar ditulis pada tahun 1939. Bercerita tentang kehidupan seorang gadis kecil bernama Laura yang tinggal di sebuah rumah kecil yang terbuat dari balok kayu di rimba besar. Laura tinggal di rumah kecil bersama Pa, Ma, Kak Mary, Bayi Carrie dan Jack seekor anjing buldog yang setia. Laura tinggal dirumah nyaman namun sekaligus juga berbahaya. Di masa itu, Pa harus berburu untuk mendapatkan daging. Ma mengolah makanan dengan cara-cara yang masih sangat sederhana. Setiap kegiatan yang dilakukan Pa atau Ma dideskripsikan Laura dengan sederhana. Dari sudut pandang seorang anak, namun membentuk gambaran dalam benak pembaca. Pa dan Ma menyiapkan dan menyimpan persediaan makanan untuk musim dingin yang panjang. Pa menyiapkan persediaan kayu bakar untuk menjaga rumah kecil tetap hangat. 

Rumah kecil di rimba besar jauh dari kota. Bahkan rumah terdekat jaraknya cukup jauh bila berjalan kaki. Ada berbagai bahaya yang mengancam tinggal di tengah rimba. Hewan buas seperti Serigala, beruang bahkan macan besar acapkali mengintai. Penjagaan Jack sangat berguna dari hewan buas yang ada di tengah rimba. Malam hari sangat berbahaya bila tinggal di rimba. Saat malam Laura tidak boleh keluar rumah. Bahkan Pa selalu membawa senapannya setiap kali harus pergi ke kota dan pulang setelah hari gelap. Hewan-hewan yang tinggal dalam rimba tak hanya hewan buas. Ada juga rusa, tupai, kelinci, tikus yang sering mendekat ke rumah kecil.

Membaca buku rumah kecil di rimba, memang menggugah, kita disajikan berbagai pengalaman dan pengetahuan bagaimana sebuah keluarga hidup di masa itu. Yang paling menarik adalah bagaimana ma mengolah semua makan mulai dari bahan dasar. Susu menjadi mentega, membuat sendiri daging asap atau daging yang diasinkan. Ma Menjahit sendiri baju-baju, membuat selimut dan bahkan boneka. Hidup selaras dengan alam, memanfaatkan alam sebagai sumber kehidupan. Namun ada beberapa catatan, didalam buku dijelaskan bagaimana Ma mengolah babi untuk persediaan makanan di musim dingin. Bagi saya yang muslim, saya merasa perlu mengingatkan kepada Lintang. Sebagai umat muslim kita tidak diperbolehkan makan babi. Ada juga bagian yang menceritakan bagaimana keluarga mereka beribadah di hari minggu. Kalau ini bisa jadi sarana diskusi saya dengan Lintang. Ada beragam agama dan kepercayaan yang ada di dunia. Sehingga menumbuhkan empati kepada orang lain dalam benaknya. Tak diragukan mengapa buku ini masuk dalam kategori living book. Membacanya ibarat belajar antropologi. Begitu ringan namun membangun pengetahuan yang begitu kaya.