Jumat, 30 Juni 2023

Idul Adha 1444H

Idul Adha 1444H berbarengan dengan musim libur sekolah kenaikan kelas. Jatuh di hari Kamis 29 Juni 2023. Karena itu lebaran idul adha kali ini kami rayakan di rumah bapak ibu. Healing yang paling asik memang pulang ke rumah orang tua sendiri. Sementara anak-anak diurus kakek neneknya, kita bisa santai sejenak dari rutinitas mengasuh. Selama menginap di rumah ibu, saya juga istirahat sejenak dari kegiatan masak memasak. Ibu senantiasa memasak berbagai menu favorit ketika kami menginap. Alhamdulillah mbah (ibu dari bapak) juga masih diberi kesehatan dan keberkahan umur panjang. Sehingga di usia beliau yang ke 85 masih bisa merayakan idul adha bersama kami. Sehari sebelum hari raya, saya tiba dirumah bapak ibu. Perjalanan kami melawan arus mudik dari Karawang menuju Jakarta lancar jaya. Sementara arah Jakarta Bandung terlihat padat bahkan cenderung macet. Selain bertepatan dengan liburan sekolah, Idul Adha kali ini juga menjadi long weekend bagi para pekerja. Karena pemerintah menetapkan Rabu dan Jumat sebagai hari libur cuti bersama. Sehingga banyak yang menjadikan libur ini ajang untuk mudik ke kampung halaman.

Kami disambut dengan menu makan siang soto ceker yang sudah disiapkan. Kami tiba tepat di waktu makan siang. Padahal hari itu bapak ibu sedang berpuasa. Mbah yang april lalu merayakan ulang tahunnya yang ke 85 tidak puasa karena faktor usia. 

Pagi di hari raya, kami berangkat bersama ke masjid belakang rumah. Karena berangkat cukup awal kami masih kebagian tempat di teras masjid. Menjelang waktu solat, jamaah terus berdatangan. Terkumpul 5 sapi dan 3 kambing di masjid tersebut. Khutbah hari raya memperingatkan jamaah bahwasanya setiap rukun haji adalah bentuk peringatan dari sikap taat dan syukur pada Allah Swt. Ujian yang sangat besar bagi nabi Allah. Bisa dibayangkan bila kita yang diminta berkurban anak. Sementara berkurban hewan saja kita merasa berat. Berkurban bukan hanya masalah kemampuan tapi juga kemauan. Saat ada kemauan, kita akan menemukan berbagai cara untuk bisa berkurban. Begitu pula sebaliknya, bila tidak ada kemauan, kita akan menemukan berbagai alasan untuk tidak berkurban. 
Selesai solat ied, sambil menunggu bapak dan Aga kembali, saya memotong lontong yang sudah dimasak ibu semalam. Opor ayam menjadi menu sarapan pagi itu. Pukul 9 kami kembali ke masjid untuk melihat proses pemotongan hewan kurban. Pukul 11 semua hewan kurban selesai disembelih. Kami kembali ke rumah untuk beristirahat.
Ba'da ashar daging kurban mulai dibagikan. Ibu menyisihkan daging kambing untuk di sate. Sore itu saya menghabiskan waktu untuk membakar sate dengan bumbu kecap dan bawang putih. Sate itu siap dihidangkan untuk makan malam. Ba'da solat magrib kami berkumpul bersama untuk makan malam. Saat itu pak suami telah datang menyusul kami. Memang pak su berangkat belakangan karena hari rabu beliau masih harus bekerja. Semoga idul adha senantiasa menjadi pengingat bagi kami agar senantiasa bersyukur atas rizki yang kami terima.