Tulisan kali ini bukan mengulas sebuah buku, melainkan serial televisi Tiongkok yang pernah tayang di Indonesia tepatnya di saluran tv Indosiar berjudul kabut cinta. Serial ini diadaptasi dari sebuah novel berjudul 煙雨濛濛 (Yanyu mengmeng) karya Chiung Yao yang artinya menurut google translate berkabut dan hujan sementara dalam bahasa inggris serial televisi ini berjudul romance in the rain. Novel karya Chiung Yao telah banyak diangkat menjadi film atau drama televisi. Beberapa serial televisi karya Chiung Yao yang lain juga pernah ditayangkan di Indonesia.
Kabut cinta tayang di Indosiar tahun 2001 dengan dubbing berbahasa Indonesia. Berjumlah 49 episode, serial kabut cinta sukses menarik perhatian pemirsa televisi pada masa itu. Berkisah tentang keluarga Lu yang penuh konflik. Tuan Lu mantan jendeal yang masih membawa kebesaran dan kekuasaannya berimbas pada hubungan anak-anaknya. Keluarga dari istri muda nya hidup dalam kemewahan, sementara anak dan istri tuanya hidup dalam kesusahan. Hal ini yang menimbulkan dendam Yi Ping (anak dari istri tua) pada keluarga Lu yang lain.
Di suatu malam yang hujan, saat Yi Ping keluar dari rumah besar keluarga Lu setelah menerima cambukan dari ayahnya, dia bertabrakan dengan seorang pria yang segera jatuh cinta padanya saat pandangan pertama. Pria itu adalah He Shu Huan yang ternyata teman Er Hao dan Ru Ping (anak dari keluarga Lu yang lain). Ru ping menyukai Shu Huan, namun setelah bertemu Yi ping, Shu Huan langsung tertarik padanya. Kisah cinta segitiga antara Yi Ping, Shu Huan dan Ru ping menjadi pusat cerita dari serial drama ini. Shu Huan yang tidak konsisten sukses bikin gemas ibu-ibu yang nonton. Kehidupan pilu yang dialami Yi ping, kisah perjuangan cinta mereka mampu menguras airmata penontonnya termasuk saya.
Selain kisah cinta dari ketiga tokoh utama, ada kisah cinta lain didalamnya. Seperti konflik antara Er Hao dan Fang Yu yang hubungannya terhalang oleh masa lalu Er Hao dengan Ke Yun. Juga ada Du Fei yang selalu setia mengejar Ru Ping meskipun dia tau Ru Ping hanya menyukai Su Huan. Kisah ini berlatarbelakang Shanghai di tahun 1930 pada masa peperangan China dengan Jepang.
Pekan lalu saya bernostalgia dengan kembali menonton serial drama ini di youtube. Serial ini tersedia di youtube walaupun setiap adegan bernyanyi suaranya dihilangkan agar tidak terkena pelanggaran hak cipta. Setiap menonton serial ini pasti menguras air mata. Jadi buat yang lagi pengen menguras airmata bolehlah nonton serial ini. Walaupun demikian serial drama ini dibuat dengan akhir yang bahagia. Tidak seperti kisah dalam novel aslinya. Kisah dalam novel kabarnya berakhir dengan tidak bahagia. Saya sendiri lebih menyukai cerita drama yang berakhir dengan bahagia. Bagaimana dengan kamu?