Mengapa dipilih bentuk piramida?
Piramida dengan alas segi empat dipilih karena bentuknya yang kokoh, tidak mudah terombang ambing. Bentuk yang mengerucut ke atas juga melambangkan semangat untuk terus mengembangkan cita-cita atau mengembangkan diri.
Patokan dalam memilih sebuah model adalah harus sederhana. Memodelkan suatu gagasan harus membuatnya menjadi lebih sederhana. Kesederhanaan memandu kita dalam melangkah kedepan. Memodelkan sebuah gagasan berarti menemukan faktor-faktor penting didalamnya, mengisolasikannya kemudian fokus pada hal tersebut.
Double piramida lahir di awal tahun 2000an dengan latar belakang perempuan yang menjadi ibu rumah tangga pada masa itu. Awalnya piramida ini diberi nama "Piramida Ibu Rumah Tangga Profesional" karena saat piramida ini dibuat memang fokus pada permasalahan seorang ibu. Tantangan-tantangan itu yang kemudian menjadi titik awal piramida Ibu Profesional.
Tantangan saat itu, para perempuan tidak memiliki rasa percaya diri yang tinggi ketika menjadi ibu. Pak Dodik dan Ibu Septi mengidentifikasi mengapa terjadi demikian?Stereotipe ibu rumah tangga dalam budaya Indonesia diperkuat dengan pemahaman agama saat itu menempatkan seorang ibu menjadi seorang yang tidak lagi independen, tidak lagi merdeka. Ketaatan penuh perempuan pada suami dalam pemahaman agama tidak dipandang secara proporsional. Ketika menjadi ibu, perempuan biasanya juga tidak memiliki penghasilan sendiri sehingga sangat bergantung kepada laki-laki. Dari hasil identifikasi masalah tersebut, percaya diri menjadi titik awal piramida Ibu Profesional.
4 titik dasar piramida atas dimulai dari percaya diri, lalu bergerak searah jarum jam, mengelola keluarga, mampu mendidik dan mengembangkan anak, terus menerus mengembangkan diri. Apabila ke 4 hal tersebut dilakukan terus menerus akan menghasilkan akhlak mulia. Ketika akhlak mulia terbentuk dari 4 titik dasar piramida atas maka akan berkembang membentuk titik dasar piramida bawah.
Akhlak mulia pada titik temu piramida ibu profesional dapat berkembang namun yang menjadi inti adalah 4 pantangan yang dipatuhi dalam ibu profesional yaitu :
Tidak berdebat masalah politik
Tidak membicarakan keburukan orang lain
Tidak menyebarkan fitnah
Tidak menyinggung sara
Piramida Ibu Profesional menjadi dasar semua kegiatan dan pelatihan yang ada di Ibu Profesional. Komponen2 yang dibentuk dalam ibu profesional adalah perwujudan dari titik pada segitiga bawah piramida, revitalisasi makna ibu, jaringan kemandirian perempuan, pengembangan sarana ibu profesional, pendidikan dan pelatihan ibu profesional.
Yang menjadi indikator, apakah setelah mengerjakan ke 4 titik dasar piramida bawah membawa seorang perempuan kembali ke 4 titik dasar piramida atas? Apabila tidak, maka itu berarti salah arah, keluar jalur dari value ibu profesional. Saat suami dan anak protes maka itu menjadi sinyal, tanda peringatan bahwa seorang ibu sedang keluar jalur dari core value piramida ibu profesional.
Indikator ibu profesional adalah menjadi kebanggaan keluarga artinya menjadi kebanggaan suami dan anak-anaknya, bukan hanya salah satunya. Penting untuk menjalin komunikasi yang melibatkan semua pihak dalam proses perkembangan diri para ibu. Apabila ada dinamika dan kendala dalam perjalanannya itu adalah hal yang lumrah. Itulah perlunya sesering mungkin menerapkan 3 mantra ibu profesional, main bareng, ngobrol bareng, berkegiatan bareng.
Saatnya melihat kembali apakah yang kita pelajari sudah berpengaruh pada perkembangan diri, pengetahuan dan perilaku untuk menjadi ibu profesional kebanggaan keluarga?