Saat penjurusan new Capter di Komunitas Ibu Profesional, Saya hanya memilih institut. Saat itu saya sedang menjalani perkuliahan di kelas bunda cekatan sehingga ingin fokus pada satu playground saja. Sebelum adanya penjurusan, selain mengikuti perkuliahan di Institut, saya tergabung dalam rumbel literasi dan rumin yang dulu bernama rumbel playdate.
Sekarang saya ingin kembali mengikuti berbagai kegiatan di kampung komunitas. Penjurusan kembali ditiadakan. Semua member ibu profesional boleh berkegiatan di berbagai komponen tanpa perlu melakukan penjurusan. Syaratnya tetap melalui berbagai tahapan sebelum memasukin gerbang komponen. Di institut ada matrikulasi, sementara dikampung komunitas ada kampung main yang perlu diikuti. Saya mengikuti Kampung main #5 sebagai syarat memasuki gerbang kampung komunitas.
Kampung main #5 bertema pasmaditional singkatan dari pasar malam tradisional. Gamifikasi bertema pasar malam, lengkap dengan berbagai wahana didalamnya. Kesan pertama menaiki wahana ombak banyu di pasmaditional adalah, kegiatan main ini disiapkan tidak dengan main-main. Setelah banyak berkegiatan di institut yang serius. Kegiatan di kampung main #5 memberikan kesan yang jauh berbeda. Kami para temanis, sebutan untuk peserta kampung main #5 disambut dengan semarak pasar malam. Host yang kece dan totalitas, Madam arum dan mba Lali sukses memandu temanis menaiki wahana ombak banyu. Ombak banyu adalah wahana pertama di kampung main #5. Gambar pembuka diatas adalah insight yang saya dapatkan setelah menaiki wahana ombak banyu.
Wahana ombak banyu diisi dengan perkenalan para neng parkir, sebutan untuk para panitia kampung main #5. Founder Ibu Profesional, menjadi mak bakul, pengisi materi dalam wahana perdana ini. Ibu Septi Peni Wulandani berbagi insight tentang peran dalam komunitas. Ibu Septi membuka materi dengan sebuah pantun yang tsakep
jalan jalan ke pasar
malem minum jamu di batas kota
Masa depan tak akan kelam
Kalau kamu berkomunitas bersama
Tema pada wahana ombak banyu yang disampaikan Ibu Septi adalah dengan berkomunitas kita bersama menjadi perempuan yang merdeka, memiliki jati diri dan memiliki wadah untuk tumbuh bersama dalam kampung komunitas. Dengan gamifikasi pasar malam diharapkan semua peserta merasakan sensasi main yang bahagia selayaknya memasuki pasar malam. Disini kita belajar menjadi perempuan merdeka menentukan wahana yang diikuti sesuai dengan kebahagiaannya masing-masing tanpa perlu takut tertinggal atau terbawa arus keramaian.
Ibu septi juga berpesan, saat berkomunitas jadilah sebagai warga negara yang baik dan aktif. Menjadi member komunitas yang mandiri berkontribusi yaitu member yang tidak hanya mengharap komunitas memberikan sebuah manfaat padanya tapi aktif berkontribusi dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Sebagai member komunitas yang merdeka. Kita juga harus berdaulat. Setelah memiliki jati diri dan aktif berperan maka lingkungan sekitar otomatis akan memberi pengakuan / kedaulatan dari manfaat yang telah kita berikan.
Berkomunitas dengan bangga dan berdaya menjadi panduan dalam setiap kegiatan di kampung main. Bangga berkomunitas karena komunitas sebagai tempat belajar, tempat bertumbuh dan tempat berkarya. Kita harus membandingkan diri kita saat mulai bergabung di komunitas dengan diri kita dua tahun kemudian. Apakah berkembang adakah perubahan? Sebagai evaluasi dan refleksi diri. Komunitas sebagai wadah tempat kita bertumbuh. Apabila setelah kita berkomunitas tidak terjadi pertumbuhan, komunitas saat ini bukan wadah yang tepat untuk kita bertumbuh. Kita perlu mencari wadah lainnya yang sesuai dengan diri.
Dalam berkomunitas juga menjadi wadah berbagi dan melayani. Berbagi yang dimiliki. Sehingga kembali pada pesan yang disampaikan di awal bagaimana kita mampu aktif berkontribusi. Berkomunitas itu bukan ingin dilayani melainkan berkontribusi untuk berbagi. Komunitas juga sebagai tempat meluaskan dampak. Nantinya manfaat yang kita berikan tak lagi hanya sebatas kepada member komunitas tapi juga masyarakat luas.
Dalam komunitas kita belajar menjadi perempuan berdaya. Mampu memahami jati dirinya. Mampu membawa dan menghadapi perubahan. Mampu berdaulat penuh atas dirinya. Membentuk komunitas perempuan yang berdaya melalui proses pemetaan potensi, ruang berekspresi, adanya selebrasi dan apresiasi. Ketika kita bangga dan berdaya maka kita memiliki energi untuk membagikannya kepada sekitar sehingga akan terciptanya perubahan dari rumah untuk dunia.