Libur sekolah pekan lalu saya mengajak anak-anak mengunjungi TMII. Sedikit cerita sambil mengenang masa lalu, masa kecil saya tinggal di lingkungan sekitar Taman mini. Jaraknya cukup dekat, sekitar 20 menit berjalan kaki dari rumah. Dulu saya sering sekali bermain di sana dengan tidak membayar tiket alias gratis.
Dahulu masyarakat yang tinggal disekitar mudah keluar masuk tanpa membeli tiket. Didalam area taman mini terdapat rumah ibadah seperti masjid, gereja, pura dan wihara. masyarakat yang hendak beribadah disana diijinkan masuk tanpa membeli tiket. Setiap hari jumat masyarakat sekitar memasuki area taman mini untuk solat jumat. Biasanya anak laki-laki sekitar rumah ku janjian buat solat jumat disana. setelah selesai tentunya ngga langsung pulang tapi main main dulu disana.
Sementara buat kami anak perempuan punya cara lain lagi buat masuk gratisan. Disetiap anjungan daerah biasanya mengadakan kelas menari tradisional sesuai dengan daerahnya masing masing. Naah kami anak-anak perempuan berombongan masuk, saat di pintu loket cukup bilang ke penjaga, mau nari pak. Dan petugas akan mengijinkan kami masuk tanpa tiket. Jadi begitulah mengapa taman mini ibarat halaman belakang rumah tempat anak-anak sekitarnya bermain hingga membuat saya hafal denah taman mini dimasa itu.
Kini sudah hampir setengah abad dari masa yang kuceritakan diatas. Terakhir saya kesana ditahun 2009 hanya buat olahraga pagi bersama teman. Saat itu saya sudah dewasa dan sudah tak lagi tinggal di rumah masa kecil. Karena merasa taman mini tak istimewa tak ada pikiran mengajak anak-anak berkunjung kesana. Setelah 13 tahun memiliki 3 anak barulah timbul keinginan mengajak anak-anak mengunjungi taman mini dan baru terjadi saat libur sekolah 2025 kemarin. Ditemani uti bersama 3 anak berangkatlah kami menggunakan taksi online. Taksi diijinkan masuk ke area taman mini dengan KTP sang supir sebagai tiket masuknya. Pak supir taksi online yang ramah menurunkan kami di muka halaman keong mas setelah itu dia kembali keluar dan mengambil KTP yang ditahan di gerbang masuk.
Pukul 2 kami sampai di taman mini. Cuaca siang itu bersahabat, matahari tertutup awan sehingga tak panas menyengat. Sengaja berangkat lebih sore untuk melihat pertunjukan air mancur menari yang tampil pukul 18.30. Harga tiket masuk taman mini 25ribu per orang. Kendaraan yang masuk juga dikenakan tiket masuk. untuk info harga tiket bisa mengunjungi website taman mini. Pembelian tiket bisa dilakukan ditempat tapi pembayarannya tidak bisa cash harus menggunakan non tunai.
Setelah berfoto di depan keong mas, kami menuju stasiun cable car aliar kereta gantung. Suasana cukup ramai mengingat sedang liburan sekolah tapi tak ada antrian yang berarti. Setelah membeli tiket sebesar 50rb perorang kami langsung menuju ke bagian atas stasiun untuk menaiki kereta gantung. Kereta berkapasitas 4 orang dewasa. Tapi kami naik berlima karena Aga dan Wulan terhitung masih anak-anak meskipun demikian tetap membayar tiket dengan harga yang sama.
Kami naik kereta gantung dari stasiun B menuju stasiun C yang berada di ujung lain taman mini. Kami melintasi danau archipelago yang menjadi icon TMII. Terlihat deretan rumah adat dan istana anak-anak yang menjadi istana impian jaman kecil dulu. Di stasiun C kami tak keluar, kereta berputar untuk kembali ke stasiun tempat kami naik yaitu stasiun B. Saat turun, kepalaku terasa pusing dan mual seperti mabuk perjalanan saja rasanya. Selanjutnya kami berjalan mengunjungi rumah adat dimulai dari rumah adat Bengkulu. Kami melewati track jalan rumah tradional provinsi di pulau Sumatra. Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore ketika kami tiba di rumah gadang yang iconic. Saya memutuskan untuk beristirahat di tepi danau sambil membuka bekal makan. Tak lama hujan turun. Selesai makan, hujan turun semakin lebat dan deras. Kami tak bisa kemana-mana. Hampir satu setengah jam kami berteduh di bawah stasiun monorail yg ada di tepi danau. Ketika ada mobil keliling lewat, kami naik dan diantarkan ke masjid diponegoro. Ternyata didalamnya banyak pengunjung yang berlindung dari hujan.
Kami berada di masjid hingga waktu magrib tiba. Selesai solat magrib hujan sudah berhenti. Saat itu waktu menunjukan pukul 18.20 masih ada waktu 10 menit sebelum pertunjukan air mancur menari. Kami pun melanjutkan perjalanan ke arah danau archipelago. Namun baru setengah perjalanan, suara pengumuman menggema, pertunjukan air mancur menari malam itu tidak dilaksanakan karena cuasa buruk. Aah sedih rasanya karena kami belum puas berkeliling. Jadilah kami berbalik arah dan kembali menuju pintu keluar.
Pukul 8 kami sudah tiba kembali di rumah dengan perasaan ingin kembali ke taman mini.