Setelah mendampingi 3 anak sendiri belajar membaca, saya menemukan kesalahan yang umumnya dilakukan orang tua saat mendampingi anak belajar membaca. Kesalahan ini juga banyak ditemui di berbagai tempat pendidikan.
Yang perlu dipahami orang tua, membaca bukan hanya membunyikan huruf yang tertulis. Setiap huruf yang terangkai menjadi kata dan kalimat memiliki arti. Misal kata BOLA saat membacanya maka terbayang mainan berbentuk bundar. Bagitu pun ketika membaca sebuah kalimat, yang seharusnya terjadi adalah terbayang maksud dan arti kalimat tersebut dalam benak si pembaca.
Menurut PISA, kemampuan membaca anak Indonesia yang berusia 15 tahun masih sangat rendah. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ternyata hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kesalahan umum ini yang sering terjadi dan tidak disadari orang tua atau pendidik.
Yang saya temui, banyak buku ajar membaca yang digunakan di TK berisi susunan suku kata yang tidak bermakna. Anak hanya diminta mengulang bunyi bunyi dari suku kata tersebut sehingga anak tidak terbiasa membangun makna dari rangkaian suku kata yang dibacanya. Yang harus diperhatikan para orang tua dan pendidik saat mendampingi anak belajar membaca adalah pastikan suku kata yang dibaca anak memiliki makna.
ketiga anak saya bersekolah di TK yang sama. Saat anak pertama dan kedua, buku ajar membaca yang digunakan di TK sesuai dengan harapan saya. Dalam buku ajar tersebut, suku kata yang terangkai memiliki makna. Namun ketika anak ketiga saya mulai bersekolah, ternyata sudah menggunakan buku ajar membaca yang berbeda dengan yang digunakan dahulu.
Buku ajar baru ini memiliki sampul berwarna yang lebih menarik. Sayangnya buku dengan sampul yang lebih menarik itu tidak memiliki isi yang menarik pula. Didalamnya tertulis suku kata berulang yang tidak bermakna. Pengulangan suku kata tersebut mungkin akan membuat anak lebih cepat bisa membunyikan tapi tidak membangun pemahaman membacanya.
Anak saya sudah belajar membaca dirumah dengan buku ajar yang memiliki makna di setiap susunan suku katanya. Sehingga saat membaca kata kata yang tidak bermakna pada buku ajarnya disekolah, dia kerap bertanya, apa arti dari yang dibacanya itu. Saya menjelaskan bahwa itu tak ada artinya hanya bunyi bunyi agar dia lebih lancar membaca.
Buku ajar membaca yang saya gunakan di rumah adalah buku belajar membaca karya Tira Yudistira terbitan Pustaka Sandro Jaya, Jakarta. Dalam buku tersebut suku kata yang terangkai memiliki makna. Belajar membaca memiliki tujuan jangka panjang. Apabila anak hanya terbiasa membunyikan maka anak akan kesulitan memahami sebuah bacaan. Inilah kesalah umum yang saya temui. Maka sebagai orang tua, pastikan memilih buku ajar membaca yang baik yang tak hanya melatih anak mengenal bunyi bunyian dari huruf yang terangkai tapi juga memahami makna bacaannya.